Monday 27 October 2014

Cara menulis Produktif



Yang membuat terheran penulis adalah mengapa orang-orang terdahulu dari generasi Islam seperti para ulama sangat produktif menulis. Mereka bisa menulis buku sampai ribuan yang jumlah bukunya melebihi umurnya. Satu buku bisa terdiri dari beberapa jilid. Adapu satu jilid buku bisa mencapai ribuan halaman. Wow. Apa yang membuat mereka demikian produktif? Penulis mencoba menelaahnya dari berbagai bidang. Mudah-mudahan bisa ditiru keteladanan mereka ini.

Pertama, mereka menulis buku berpikiran untuk menebarkan kebaikan. Mereka menulis bukan untuk kepentingan ekonomi. Tetapi untuk menebarkan kebaikan. Karena Rasulullah SAW pernah bersabda,”Barangsiapa yang memberi petunjuk kebaikan kepada seseorang maka orang yang menunjukinya dapat pahala juga dari orang yang melaksanakannya tanpa dikurangi sedikitpun.”

Kedua, mereka menulis buku, karena mereka berpandangan dengan menulis buku maka umur mereka akan lebih panjang. Ketika mereka meninggal dunia maka ilmu yang mereka tulis dapat terus bermanfaat bagi sesamanya. Dan hal itu termasuk pahala yang tak terputus yakni salah satunya ilmu yang bermanfaat. Mereka menulis buku untuk disalurkan kepada murid-muridnya. Ilmu bermanfaat tersebat. Dan mereka akan mendapat pahala terus menerus dari ilmu yang disebar tersebut.

Perlu diingat bahwasanya orang Arab lebih banyak mengandalkan ingatan daripada tulisan. Ketika Al-Quran turun, mereka mengingat ayat-ayat Al-Quran dan menuliskannya pada media yang ada seperti kulit, tulang, batu, dan lain-lain. Sebuah ilmu yang ditulis dalam buku menjadi sebuah ilmu yang kekal.

Imam Al-Ghazali termasuk penulis produktif. Ia seorang ulama pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Lalu ia menulis produktif. Perlu diketahui penulis produktif biasanya seorang pengembara karena ia bisa membedakan tempat yang satu dengan tempat yang lain. Beliau menulis buku fenomenal yakni ihya ulumuddin yakni menghidupkan ilmu-ilmu agama yang menjadi referensi agama Islam sampai sekarang ini.

Kedua, dengan menulis buku, mereka mendapatkan bonus yakni nama mereka dikenal orang banyak, mereka memiliki banyak murid atau pengikut, mereka memiliki kekayaan, dan lain-lain. Itu adalah bonus bagi mereka. Bagi mereka yang menulis buku untuk berbuat kebaikan kepada sesame. Tapi ada juga penulis yang terkenal tatkala ia meninggal dunia. Ia tidak merasakan bonus dari menulis buku. Itu semua kehendak Allah SWT. Manusia yang berencana tapi Allah Yang menentukan.

Ketiga, mereka menganggap waktu sangat berharga walau sedetikpun. Oleh sebab itu setiap detik mereka menulis buku untuk berbuat kebaijkan kepada sesame. Mereka tidak menggunakan waktu sedetikpun untuk dibiarkan kosong tidak melakukan apa-apa, atau dibiarkan percuma, karena mereka menilai betapa pentingnya waktu sedetikpun. Dimana waktu sedetikpun tidak akan pernah kembali.

No comments:

Post a Comment