“Jenis karangan terbagi dua yakni
fiksi dan non fiksi. Adapun fiksi adalah khayalan seperti novel, legenda, dan
lain sebagainya. sedangkan non fiksi adalah cerita kenyataan, contohnya surat kabar.” Itu adalah
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang penulis masih ingat. Penulis masih
merindukan pengajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada suatu ujian
mengarang cerita di akhir semester, penulis dibuat kaget karena mendapatkan
nilai delapan dari aktifitas menulis. Dari situ, penulis menyadari bahwa saya
memiliki kemampuan untuk menulis. Dan mata pelajaran bahasa Indonesia di
sekolah, nilai raport penulis cukup baik, kalau bisa dibilang A.
Kemudian berlanjut percaya diri
penulis dengan membuat tulisan mengenai kisah nyata kriminalitas di Tabloid
Peluang. Lalu hasil tulisan itu dikirimkan sebanyak dua buah ke tabloid di Jakarta tersebut. Dan
pada suatu waktu, penulis di STM dipanggil oleh seorang guru PPKN. Setelah
menghadapnya, ternyata bukan teguran karena perilaku buruk penulis, justeru
saya mendapat sanjungan dari beliau. “Wah, ini tulisanmu ditampilkan di Tabloid
Peluang, hebat kamu. Sejak kapan kamu menulis? Sudah banyak tulisan yang
dikirimkan?” tanyanya. Aku hanya menjawab,”Ah biasa bu sedang belajar menulis”
jawabku.
Saya masih ingat, setelah itu
penulis mendapatkan weselpos yang dikirimkan oleh petugas pos ke rumah.
Terpampang dalam wesel
pos itu sejumlah uang sebesar 140.000 ribu rupiah. Waw jumlah yang besar.
Kemudian bersama dua orang teman sekolah, aku mencairkan di pos yang ditunjuk wesel tersebut. Uang pun
cair. Dan tak lupa saya mentraktir kedua teman saya itu dengan membelikannya
sebungkus rokok. Kedua teman saya bahagia.
Kemudian tiba di rumah, penulis
dibuat terkejut lagi. Ternyata ada kiriman wesel pos lagi dari Tabloid Peluang. Aku pun
mencairkannya bersama teman karib saya. Uangnya jumlahnya sama seperti yang
pertama. Itulah berkah dari menjadi seorang penulis. Ternyata menulis itu mudah
dan menghasilkan.
Selanjutnya tatkala penulis
kuliah di Unisba, ada kegiatan menulis karya tulis ilmiah. Penulis
mempresentasikan karya tulis yang dibuat. Dan ternyata penulis menjadi juara
harapan. Di depan mata ketua Umum PAN, penulis menerima hadiah itu yang lumayan
spektakuler besarnya untuk menambah pundit-pundi.
Itulah kisah-kisah nyata yang
sebagian penulis ungkapkan. Sebenarnya masih ada lagi kisah nyata tentang
kegiatan menulis. Hanya bapakku bilang,”Penghasilan menulis tak seberapa.”
Justeru aku harus membuktikan bahwa penghasilan menulis itu sangat besar sebagaimana
yang telah dibuktikan oleh seorang penulis ternama JK Rowling yang menulis
novel Harry Potter.
No comments:
Post a Comment